Selasa, 09 November 2010

Teori Belajar Robert M. Gagne


Robert M. Gagne, seorang professor dan ahli psikologi  yang telah banyak membuat penyelidikan mengenai fase dalam rangkaian pembelajaran dan jenis pembelajaran.
Teori belajar yang dikemukakan Robert M. Gagne merupakan perpaduan yang seimbang antara behaviorisme dan kognitivisme, yang berpangkal pada teori pemrosesan informasi. Gagne menggunakan matematika sebagai medium untuk menguji dan mengembangkan teori belajarnya. Menurutnya, kunci bagi pengembangan teori belajar yang bersifat menyeluruh adalah mengenai faktor-faktor yang memperjelas sifat yang rumit dari proses belajar seseorang. Ahli-ahli teori yang lain biasanya mulai dengan memberikan penjelasan khusus mengenai proses belajar dan kemudian berusaha mengenakan proses tersebut pada belajar yang dilakukan orang. Kebalikannya, Gagne mulai dengan melakukan kupasan atas berbagai performasi dan keterampilan yang dilakukan orang dan kemudian memberikan penjelasan atas adanya keragaman ini.
Menurut gagne (1975), belajar merupakan sesuatu yang terjadi dalam benak seseorang, di dalam otaknya. Belajar disebut suatu proses karena secara formal ia dapat dibandingkan dengan proses-proses organik manusia lainnya, seperti pencernaan dan pernapasan. Namun belajar merupakan proses yang rumit dan kompleks. Belajar terjadi ketika seseorang merespon dan menerima rangsangan dari lingkungan eksternalnya. Belajar merupakan proses yang memungkinkan manusia memodifikasi tingkah lakunya secara permanen, sedemikian hingga modifikasi yang sama tidak akan terjadi lagi pada situasi baru. Pengamat akan mengetahui tentang terjadinya proses belajar pada orang yang diamati bila pengamat itu memperhatikan terjadinya perubahan tingkah laku. Kematangan menurut Gagne, bukanlah belajar, sebab perubahan tingkah laku yang terjadi, dihasilkan dari pertumbuhan struktur dan diri manusia itu. Dengan demikian belajar terjadi bila individu merespon terhadap stimulus yang datangnya dari luar, sedangkan kematangan datangnya memang dari dalam diri orang itu. Perubahan tingkah laku yang tetap sebagai hasil belajar harus terjadi bila orang tersebut berinteraksi dengan lingkungan.
Komponen- komponen dalam proses belajar menurut Gagne dapat digambarkan sebagai S     R. S adalah situasi yang memberi stimulus, R adalah respons atas stimulus itu, dan garis di antaranya adalah hubungan di antara stimulus dan respon yang terjadi dalam diri seseorang yang tidak dapat kita amati, yang bertalian dengan sistem alat saraf di mana terjadi transformasi perangsang yang diterima melalui alat dria. Stimulus ini merupakan input yang berada di luar individu dan respon adalah outputnya, yang juga berada di luar individu sebagai hasil belajar yang dapat diamati.
1.      Fase-fase Belajar
Robert M. Gagne (dalam Margaret) menerapkan konsep pengolahan (proses) kognitif dalam kupasannya terhadap hal belajar. Ia menemukan delapan tahapan pengolahan yang esensial bagi belajar dan harus dilaksanakan secara berurutan. Kedelapan tahapan itu disebut fase belajar.
 a.      Fase mengarahkan perhatian (attending phase)
Pada fase ini akan menjadikan siswa peka/sadar akan adanya stimulus yang muncul dari situasi belajar. Siswa dapat melihat stimulus-stimulus tersebut dan sifat-sifatnya.  Apa yang dilihat siswa, akan diberi kode secara unik oleh setiap siswa dan akan dicatat dalam pikirannya. Hal ini biasa terjadi dalam proses belajar mengajar. Bila guru memberikan pelajaran (stimulus), mungkin guru melihat isi pelajaran berbeda dengan yang dilihat siswa, dan setiap siswa mungkin saja berbeda persepsinya satu dengan yang lainnya.

b.      Fase pengharapan (expectancy phase)
Pada fase ini membawa siswa tahu tujuan belajar. Misalnya siswa menetapkan bahwa ia akan memperoleh suatu keterampilan motorik, defenisi baru, atau belajar memecahkan suatu masalah. Orientasi tujuan yang sudah terbentuk pada tahap ini membuat siswa bisa memilih hasil apa yang sesuai pada tiap fase berikutnya dalam pengolahan informasi.
 c.      Fase perolehan (Acquisition phase)
Ini merupakan fase mendapatkan fakta, keterampilan, konsep atau prinsip yang dipelajari. Pemilikan pengetahuan dapat ditentukan dengan mengamati atau mengukur apa yang telah dimilikinya itu. Hal ini perlu dilakukan di dalam proses belajar mengajar agar supaya guru dapat mengetahui apa yang telah dimiliki dan apa yang belum dimiliki.
d.      Fase retensi (Retention phase)
Dalam fase ini kemampuan baru yang telah diperoleh dipertahankan atau diingat. Sarana menyimpan bagi manusia adalah ingatan (memory). Penelitian mengindikasikan bahwa terdapat dua tipe memori, yaitu memori jangka pendek (short term memory) dan memori jangka panjang (long term memory). Memori jangka pendek mempunyai kapasitas terbatas dan hanya bertahan dalam waktu singkat. Banyak orang dapat menahan (menyimpan) tujuh atau delapan informasi berbeda dalam memori selama tiga puluh detik. Memori jangka panjang adalah kemampuan kita mengingat informasi selama lebih dari tiga puluh detik, dan ini disimpan dalam pikiran secara permanen.
Gagne mendeskripsikan beberapa ciri yang mungkin dimiliki fase ini, sebagai berikut.
1)      Apa yang telah dipelajari mungkin tersimpan di dalam suatu bentuk yang permanen, tetap intens selama bertahun-tahun, seperti tersimpan dalam suatu pita megnetik ajaib.
2)      Beberapa hal yang dipelajari mungkin memudar sedikit demi sedikit sejalan dengan berlalunya waktu.
3)      Gudang ingatan mungkin mengalami pencampuradukan dalam arti ingatan yang baru mengaburkan ( atau mungkin menghapus) yang terlebih dulu karena mereka bercampur baur.
 e.      Fase memanggil kembali (Retrieval phase)
Yaitu kemampuan memanggil ke luar (call out) informasi yang telah dimiliki dan disimpan dalam memori. Proses memanggil kembali informasi ini adalah sangat tidak teliti (imprecise), tidak teratur (disorganized), dan malahan penuh rahasia (mystical). Kadang-kadang informasi yang diinginkan, misalnya “nama”, tidak dapat dipanggil keluar dari memori atas permintaan seseorang, tetapi kemudian mungkin saja ke luar pada saat orang itu memikirkan sesuatu yang tidak ada kaitan dengan “nama” tadi. Ada informasi yang tersimpan dalam pikiran (memori) begitu dalamnya, sehingga diperlukan teknik khusus, misalnya dengan rangsangan elektrik untuk mengeluarkannya.
 f.      Fase generalisasi (Generalization phase)
Tujuan belajar bukanlah sekedar untuk menambah pengetahuan atau mengubah kelakuan, akan tetapi agar apa yang dipelajari itu dapat digunakan dalam berbagai situasi lain, sehingga mantap dan dapat terus digunakan. Menggunakan apa yang dipelajari dalam situasi-situasi yang baru yang belum pernah dihadapi sebelumnya disebut transfer. Menurut Gagne, konteks yang bervariasi untuk belajar merupakan suatu hal yang esensial yang dapat menjamin terjadinya transfer dalam proses belajar.
Transfer dapat bersifat horizontal, yakni apa yang dipelajari itu dapat digunakan untuk situasi-situasi lain yang bersamaan dan setaraf tingkatnya. Misalnya prinsip-prinsip yang dipelajari dalam matematika dapat digunakan dalam ilmu bumi, fisika, atau kimia. Di samping itu ada lagi transfer vertikal. Apa yang  dipelajari dapat digunakan untuk mencapai prinsip yang lebih tinggi. Hierarki dalam tipe belajar menunjukkan perlunya dikuasai tipe belajar yang lebih rendah agar dapat dipelajari tipe belajar yang lebih tinggi. Tipe belajar yang lebih rendah menjadi prasyarat untuk tipe belajar pada tingkat yang lebih tinggi.
g.      Fase penampilan (Performance phase)
Dalam fase ini, siswa menampilkan tindakan/tingkah laku yang merefleksikan apa yang sudah ia pelajari. Tingkah laku baru yang ditampilkan sebagai hasil belajar ini, penting bagi siswa karena akan memberikan kepuasan, dan selanjutnya akan mendorongnya untuk belajar lebih lanjut. Fase ini memberikan gambaran apakah tujuan belajar telah tercapai atau belum.
h.      Fase umpan balik ( Feedback phase)
Belajar tidak dengan sendirinya berhasil baik. Oleh sebab itu pelajar harus mengetahui apakah jawabannya tepat. Feedback pada manusia merupakan tanda bahwa jawabannya benar. Di sini pun tak perlu selalu dikatakan bahwa jawabannya itu benar. Sering anak mengetahuinya dari senyuman, anggukan kepala, pandangan mata guru atau isyarat lain. Feedback mempertinggi efektivitas dan efisiensi belajar.
Feedback dapat juga dilakukan oleh murid sendiri, yakni bila ia dapat atau diberi jalan untuk memeriksa sendiri benar tidaknya jawabannya. Mengetahui keberhasilan belajar memberi kepuasan yang mempercepat proses belajar. Siswa yang sanggup men-check kebenaran hasil belajarnya telah sanggup untuk belajar secara individual dan belajar sepanjang hidupnya. Tidak ada metode mengajar yang menjamin keberhasilan. Keberhasilan  baru diketahui bila ada penilaian yang dapat menunjukkan kesalahan dan kekurangan sebagai feedback untuk diperbaiki. Mengabaikan feedback adalah meniadakan salah satu aspek yang penting dalam proses belajar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar